Pengendara sepeda motor melintas
diantara pekatnya asap akibat kebakaran lahan di jalan Riau Ujung
Pekanbaru, Rabu (19/6/2013). Musim kemarau panjang yang melanda wilayah
Riau menyebabkan kebakaran lahan yang terjadi sulit untuk dipadamkan
sehingga menyebabkan kabut asap menyelimuti sebagian kawasan pulau
Sumatera hingga ke negara Singapura. | TRIBUN PEKANBARU/MELVINAS
PRIANANDA
JAKARTA, KOMPAS.com — World Resources Institute (WRI) merilis data terbaru mengenai perusahaan-perusahaan yang lahannya terdapat titik api (hot spot) di hutan Sumatera.
Lembaga yang mengaitkan lingkungan dengan pembangunan sosial ekonomi ini menggunakan titik api NASA pada rentang 20-23 Juni 2013. Sebelumnya, WRI juga merilis data titik api periode 12-20 Juni.
Data tersebut menunjukkan dominasi keberadaan titik api berada di wilayah anak perusahaan Sinar Mas dan Raja Garuda Mas.
Berikut 17 perusahaan pemegang hutan tanaman industri (HTI) dengan titik api terbanyak.
Dalam analisis terbarunya, WRI menyebutkan adanya perkembangan sebaran peringatan titik api di Sumatera dari waktu ke waktu serta kaitannya dengan konsensi perusahaan.
Dalam lamannya, WRI menggarisbawahi dua pola kunci, yakni, pertama, jumlah peringatan titik api di Indonesia masih tetap tinggi menunjukkan bahwa kebakaran di lapangan masih menjadi isu yang serius.
"Sebagaimana ditunjukkan data NASA, jumlah peringatan titik api paling tinggi terjadi pada 19 Juni, di mana memang terdapat peristiwa kebakaran hutan dan lahan yang paling tinggi jika dibandingkan dengan hari-hari lain. Hari-hari selanjutnya masih menunjukkan angka peringatan titik api yang relatif lebih tinggi dengan 21 dan 23 Juni di posisi kedua dan ketiga tertinggi," papar WRI.
Yang kedua adalah persentase titik api yang terjadi di wilayah konsesi perusahaan meningkat jika dibandingkan dengan beberapa hari lalu.
"Untuk periode 12-23 Juni, meningginya jumlah titik api diiringi dengan meningkatnya proporsi titik api yang terjadi dalam wilayah konsesi," tambah WRI.
Berikut 10 perusahaan pemegang konsesi kebun sawit dengan titik api terbanyak.
WRI menambahkan, jika Pemerintah Indonesia, perusahaan, dan komunitas dapat bekerja sama untuk memastikan ketersediaan data tersebut secara publik, langkah ini menjadi usaha penting yang dapat mencegah krisis kebakaran hutan di masa mendatang, sekaligus memastikan masa depan yang lebih lestari bagi hutan dan masyarakat Indonesia.
Seperti diberitakan, akibat kebakaran hutan di wilayah Riau, asap kabut menutupi wilayah Riau dan sekitarnya, bahkan sampai Singapura dan Malaysia.
sumber ilmu disini