TEMPO.CO, Jakarta -- Bagi sebagian orang, memelihara binatang bertujuan untuk disayang,
ditimang, dan saling menciptakan ikatan emosional. Namun banyak juga
yang memilih binatang peliharaan ekstrem yang eksotis dan memiliki daya
tarik tersendiri. Contohnya ular.
"Ular adalah binatang yang misterius," ujar Arby Krisna, pendiri komunitas pencinta reptil, Aspera, ketika ditemui di Jakarta, Jumat, 25 Januari 2013. Arby saat ini tengah memelihara sekitar 20 ekor ular, dan memulai hobinya ini sejak umur 5 tahun.
Bila Anda termasuk orang yang tertarik, ada beberapa hal yang patut diketahui sebelum mulai mencoba memelihara hewan berdarah dingin ini.
1. Pertimbangkan baik-baikSifat ular berbeda dengan anjing atau kucing yang bisa dijinakkan. Meskipun bisa bersikap tenang, ular masih memiliki sifat liar yang tidak bisa dijinakkan. Contohnya saja Arby yang pernah dirawat di UGD karena digigit ular kobra yang telah lama dipeliharanya. Ular itu mematuk karena kaget ketika hendak diambil dari kandangnya yang akan dibersihkan.
Yang perlu diingat, ujar Arby, adalah ular sebenarnya takut pada manusia. Ia mengatakan ular hanya akan menggigit ketika sedang takut, terancam, atau kaget. "Karena itu ketika mendekati ular kita harus bergerak seperti alam, dengan tenang dan perlahan. Karena itu memelihara ular juga melatih kesabaran," ujarnya.
Yang patut diingat pula adalah ular merupakan hewan berumur panjang, bahkan ada yang bisa mencapai puluhan tahun. Karena itu dibutuhkan komitmen untuk memeliharanya, atau kepastian adanya tempat lain yang layak bila sudah tak mampu memeliharanya.
2. Membeli ularBanyak pencinta reptil yang merasa lebih tertantang memelihara ular berbisa. Namun untuk pemula tentu dibutuhkan jenis ular yang mudah ditangani dengan risiko minimal. Salah satunya adalah ular mono pohon yang berukuran setebal jari tengah. Ular ini memakan binatang kecil seperti cicak dan tidak membutuhkan ruang yang terlalu besar.
Untuk pemula Arby menyarankan hanya membeli ular yang dibeli dari hasil ternakan, atau Captive Breed (CB). "Karena sudah terbiasa dikandangkan dan bertemu manusia, jadi sifatnya lebih tenang," ujar Arby. Salah satu ciri ular CB adalah permukaan kulitnya lebih mulus, berbeda dengan ular tangkapan liar yang biasanya menderita caplak, atau memiliki luka. Hasil tangkapan liar perangainya pun lebih galak.
Bila ingin membeli lewat Internet, pastikan bahwa penjual memiliki reputasi yang bagus. "Banyak terjadi kasus penipuan, ketika ular sampai ternyata kondisinya tidak sama dengan yang disebutkan di situsnya, bahkan yang tidak sehat," kata Arby.
Selain rekomendasi dari pencinta ular lain, penjual dengan reputasi baik banyak memberi informasi mengenai ular yang dijual. Untuk ular dengan sifat bawaan khusus yang langka, penjual bahkan tak ragu untuk memberikan informasi mengenai ular indukan.
3. Mulai MemeliharaUlar sebenarnya mudah dipelihara. Ular jarang makan, karena butuh waktu lama untuk mencerna makanan. Ular Python reticulatus yang masih kecil misalnya, cukup makan tikus sekali seminggu. Karena makannya jarang, buang air besarnya pun tak kalah jarang, sehingga memudahkan urusan bersih-bersih kandang. Karena itu, memelihara ular bahkan bisa dilakukan orang yang cukup sibuk.
"Ular bukan binatang bau karena tidak memiliki kelenjar keringat," ujar Arby.
Arby menyebutkan bahwa layaknya manusia, tiap ular memiliki watak berbeda. Ada ular yang tenang, agresif, ada pula yang hanya mau memakan binatang mati. Karena itu penting bagi pemilik untuk memahami watak ular yang dimilikinya.
Meski sudah berhati-hati, kemungkinan digigit ular peliharaan tetap ada. Bila ini terjadi, jangan bergegas menarik bagian yang tergigit karena dikhawatirkan taring ular malah makin merobek kulit. Arby menjelaskan biarkan ular sendiri yang melepasnya, atau dorong pelan bagian yang tergigit ke arah ular.
"Yang jelas, kalau mau memelihara ular jangan takut digigit," katanya.
4. Bila ular sakitSatu hal yang patut diantisipasi oleh orang yang berminat memelihara ular adalah dokter hewan jarang memiliki pengetahuan memadai mengenai hewan melata ini. "Berbeda dengan di Australia atau Amerika," ujar Arby.
Karena itu, bila ular peliharaan sakit, biasanya pemelihara akan bertanya kepada pemilik ular lain yang lebih berpengalaman.
Salah satu penyakit yang biasa menyerang ular adalah pilek. Tandanya adalah suara 'ngik-ngik' pada napas ular, serta lendir yang muncul dari mulutnya. Cara lain untuk melihat apakah ular sakit adalah dipegang pada bagian ekor dengan kepala menghadap bawah, tanpa menyentuh tanah. "Kalau ularnya sehat, bagian kepala dapat memanjat ke atas. Tapi kalau sakit hanya bisa menggantung ke bawah," katanya.
Salah satu penanganan awalnya adalah menjemur ular, tapi dalam durasi tidak terlalu lama. "Ketika menjemur, upayakan ada bagian teduh agar ular bisa meneduh ketika mulai kepanasan."
Bila ular mogok makan dalam waktu terlalu lama dari yang seharusnya, memberikan makanan secara paksa dapat dilakukan. Tapi pemberiannya tidak langsung dengan memasukkan tikus atau hamster utuh dalam mulut ular. Arby, misalnya, melakukannya dengan memblender kepala ayam dan memasukkannya ke mulut ular melalu suntikan.
"Ular adalah binatang yang misterius," ujar Arby Krisna, pendiri komunitas pencinta reptil, Aspera, ketika ditemui di Jakarta, Jumat, 25 Januari 2013. Arby saat ini tengah memelihara sekitar 20 ekor ular, dan memulai hobinya ini sejak umur 5 tahun.
Bila Anda termasuk orang yang tertarik, ada beberapa hal yang patut diketahui sebelum mulai mencoba memelihara hewan berdarah dingin ini.
1. Pertimbangkan baik-baikSifat ular berbeda dengan anjing atau kucing yang bisa dijinakkan. Meskipun bisa bersikap tenang, ular masih memiliki sifat liar yang tidak bisa dijinakkan. Contohnya saja Arby yang pernah dirawat di UGD karena digigit ular kobra yang telah lama dipeliharanya. Ular itu mematuk karena kaget ketika hendak diambil dari kandangnya yang akan dibersihkan.
Yang perlu diingat, ujar Arby, adalah ular sebenarnya takut pada manusia. Ia mengatakan ular hanya akan menggigit ketika sedang takut, terancam, atau kaget. "Karena itu ketika mendekati ular kita harus bergerak seperti alam, dengan tenang dan perlahan. Karena itu memelihara ular juga melatih kesabaran," ujarnya.
Yang patut diingat pula adalah ular merupakan hewan berumur panjang, bahkan ada yang bisa mencapai puluhan tahun. Karena itu dibutuhkan komitmen untuk memeliharanya, atau kepastian adanya tempat lain yang layak bila sudah tak mampu memeliharanya.
2. Membeli ularBanyak pencinta reptil yang merasa lebih tertantang memelihara ular berbisa. Namun untuk pemula tentu dibutuhkan jenis ular yang mudah ditangani dengan risiko minimal. Salah satunya adalah ular mono pohon yang berukuran setebal jari tengah. Ular ini memakan binatang kecil seperti cicak dan tidak membutuhkan ruang yang terlalu besar.
Untuk pemula Arby menyarankan hanya membeli ular yang dibeli dari hasil ternakan, atau Captive Breed (CB). "Karena sudah terbiasa dikandangkan dan bertemu manusia, jadi sifatnya lebih tenang," ujar Arby. Salah satu ciri ular CB adalah permukaan kulitnya lebih mulus, berbeda dengan ular tangkapan liar yang biasanya menderita caplak, atau memiliki luka. Hasil tangkapan liar perangainya pun lebih galak.
Bila ingin membeli lewat Internet, pastikan bahwa penjual memiliki reputasi yang bagus. "Banyak terjadi kasus penipuan, ketika ular sampai ternyata kondisinya tidak sama dengan yang disebutkan di situsnya, bahkan yang tidak sehat," kata Arby.
Selain rekomendasi dari pencinta ular lain, penjual dengan reputasi baik banyak memberi informasi mengenai ular yang dijual. Untuk ular dengan sifat bawaan khusus yang langka, penjual bahkan tak ragu untuk memberikan informasi mengenai ular indukan.
3. Mulai MemeliharaUlar sebenarnya mudah dipelihara. Ular jarang makan, karena butuh waktu lama untuk mencerna makanan. Ular Python reticulatus yang masih kecil misalnya, cukup makan tikus sekali seminggu. Karena makannya jarang, buang air besarnya pun tak kalah jarang, sehingga memudahkan urusan bersih-bersih kandang. Karena itu, memelihara ular bahkan bisa dilakukan orang yang cukup sibuk.
"Ular bukan binatang bau karena tidak memiliki kelenjar keringat," ujar Arby.
Arby menyebutkan bahwa layaknya manusia, tiap ular memiliki watak berbeda. Ada ular yang tenang, agresif, ada pula yang hanya mau memakan binatang mati. Karena itu penting bagi pemilik untuk memahami watak ular yang dimilikinya.
Meski sudah berhati-hati, kemungkinan digigit ular peliharaan tetap ada. Bila ini terjadi, jangan bergegas menarik bagian yang tergigit karena dikhawatirkan taring ular malah makin merobek kulit. Arby menjelaskan biarkan ular sendiri yang melepasnya, atau dorong pelan bagian yang tergigit ke arah ular.
"Yang jelas, kalau mau memelihara ular jangan takut digigit," katanya.
4. Bila ular sakitSatu hal yang patut diantisipasi oleh orang yang berminat memelihara ular adalah dokter hewan jarang memiliki pengetahuan memadai mengenai hewan melata ini. "Berbeda dengan di Australia atau Amerika," ujar Arby.
Karena itu, bila ular peliharaan sakit, biasanya pemelihara akan bertanya kepada pemilik ular lain yang lebih berpengalaman.
Salah satu penyakit yang biasa menyerang ular adalah pilek. Tandanya adalah suara 'ngik-ngik' pada napas ular, serta lendir yang muncul dari mulutnya. Cara lain untuk melihat apakah ular sakit adalah dipegang pada bagian ekor dengan kepala menghadap bawah, tanpa menyentuh tanah. "Kalau ularnya sehat, bagian kepala dapat memanjat ke atas. Tapi kalau sakit hanya bisa menggantung ke bawah," katanya.
Salah satu penanganan awalnya adalah menjemur ular, tapi dalam durasi tidak terlalu lama. "Ketika menjemur, upayakan ada bagian teduh agar ular bisa meneduh ketika mulai kepanasan."
Bila ular mogok makan dalam waktu terlalu lama dari yang seharusnya, memberikan makanan secara paksa dapat dilakukan. Tapi pemberiannya tidak langsung dengan memasukkan tikus atau hamster utuh dalam mulut ular. Arby, misalnya, melakukannya dengan memblender kepala ayam dan memasukkannya ke mulut ular melalu suntikan.
sumber disini